Konduktansi
Konduktansi, G, didefinisikan sebagai
ukuran kemampuan suatu bahan untuk mengalirkan muatan dan dalam standar
SI mempunyai satuan siemens (S). Nilai konduktansi yang besar
menunjukkan bahwa bahan tersebut mampu mengkonduksikan arus dengan baik,
tetapi nilai konduktansi yang rendah menunjukkan bahan itu susah
mengalirkan muatan. Secara matematis, konduktansi merupakan kebalikan
dari resistansi. Jadi
G = 1/R [siemens, S]
dimana R adalah resistansi, dalam ohm (Ω).
Walaupun satuan SI untuk konduktansi
adalah siemens dan hampir diterima di seluruh dunia, buku-buku dan
catatan yang lama masih menyatakan satuan konduktansi dalam mho (ejaan
ohm dibalik) dan mempunyai lambang omega terbalik, ʊ, sebagai simbolnya.
Dalam kasus ini, hubungannya:
1 ʊ = 1 S
Superkonduktor
Seperti penjelasan sebelumnya, semua
saluran daya dan jaringan distribusi mempunyai resistansi internal yang
menghasilkan rugi energi karena panas akibat aliran muatan melalui
konduktor. bila ada cara untuk menghilangkan nilai resistansi dari suatu
konduktor, listrik dapat ditransmisikan lebih jauh dan lebih ekonomis.
Ide untuk mengirimkan energi tanpa rugi-rugi adalah dengan cara
menggunakan saluran transmisi melalui superkonduktor. Namun, dalam riset
terakhir ini, mendapatkan bahan superkonduktor pada suhu yang “tinggi”
dan tanpa rugu-rugi energi adalah hal yang sulit.
Pada tahun 1911, seorang ahli fisika dari
Jerman bernama Heike Kamerlingh Onnes menemukan fenomena
superkonduktivitas. Mempelajari merkuri (air raksa), kaleng, dan timah
diketahui bahwa resistansi dari material ini berkurang tidak lebih dari
satu per miliar nilai resistansi pada suhu ruangan ketika berada pada
suhu masing-masing bahan : 4.6 K, 3.7 K, dan 6 K. Ingat hubungan antara
kelvin dengan derjat Celcius:
TK = T (oC) + 273.15o
Suhu dimana suatu material menjadi superkonduktor disebut suhu kritis, TC.
Gambar 3-30 menunjukkan bagaimana resistansi dari merkuri berubah dalam
berbagai suhu. Perhatikan bagaimana resistansi tiba-tiba turun dengan
tiba-tiba menjadi nol pada suhu 4.6 K.
Percobaan dengan mengalirkan arus pada
kawat superkonduktor berbentuk melingkar yang superdingin didapatkan
fakta bahwa arus tersebut diinduksikan terus menerus dan tidak “musnah”
hingga beberapa tahun bila ditempatkan pada suhu dibawah titik suhu
kritis dari konduktor tersebut.
Suatu keanehan, seperti suatu kekuatan
ajaib dari sifat superkonduktor ketika sebuah magnet permanen diletakkan
di atas superkonduktor. Magnet itu akan melayang di atas permukaan
superkonduktor dan sifat ini bertentangan dengan hukum gravitasi,
seperti tampak pada gambar 3-31.
Prinsip ini, yang disebut efek Meissner (diambil dari nama Walther Meissner), menyatakan:
Ketika superkonduktor didinginkan dibawah
suhu kritisnya, medan magnet hanya akan timbul di sekitarnya namun
tidak memasuki superkonduktor tersebut.
Prinsip superkonduktivitas ini
menjelaskan kelakuan elektron pada superkonduktor. Tidak seperti
konduktor yang mempunyai elektron yang bergerak secara acak melalui
konduktor dan bertumbukan dengan elektron lainnya {gambar 3-32 (a)},
elektron pada superkonduktor membentuk pasangan dan bergerak melalui
bahan dalam arah yang sama seperti kelompok marching band yang ikut
parade. Gerakan elektron yang “tertib” pada superkonduktor ini, pada
gambar 3-32 (b), merupakan konduktor yang ideal, karena elektron tidak
bertumbukan sama sekali.
Karena sifat yang ekonomis, riset
dilakukan untuk mendapatkan bahan yang mempunyai titik suhu kritis yang
lebih tinggi. Pada beberapa tahun terakhir, penelitian di IBM Zurich
Research Laboratory di Swiss dan University of Houston di Texas
berhasil menemukan bahan superkonduktor yang dapat beroperasi pada suhu
yang lebih tinggi yaitu 98 K (-175 oC). Walau suhunya masih
terlalu rendah, tetapi superkonduktivitas sekarang dapat dibuat
menggunakan nitrogen cair yang sudah ada dari pada menggunakan helium
cair yang lebih mahal dan sangat langka.
Superkonduktivitas rupa-rupanya telah
ditemukan pada bahan-bahan yang tidak mungkin seperti keramik yang
terbuat dari barium, lanthanum, tembaga, dan oksigen. Riset sekarang
difokuskan untuk mengembangkan material baru yang bisa dibuat menjadi
superkonduktor pada suhu yang lebih tinggi yang lebih baik dari pada
penemuan sebelumnya yaitu keramik superkonduktor.
Sangat mahal, superkonduktivitas suhu
rendah saat ini digunakan pada pemercepat (accelerator) partikel raksasa
dan, dalam jumlah yang terbatas, pada komponen elektronik (seperti pada
superfast Josephson junction and SQUIDs, alat yang digunakan untuk
mendeteksi medan magnet yang sangat kecil). Riset komersial menemukan
superkonduktor pada suhu yang lebih tinggi digiatkan, namun kemungkinan
untuk penerapannya sebenarnya tidak terbatas. Superkonduktivitas pada
suhu tinggi bisa memperbaiki sistem transportasi, pengiriman dan
penyimpanan energi, komputer, pengobatan medis, dan penelitian.
Superkonduktivitas pada suhu tinggi akan merubah dunia elektronika
seperti pada saat penemuan transistor, mungkin saja bisa terjadi.
Sumber: http://airlangga25.wordpress.com
Sumber: http://airlangga25.wordpress.com