Senin, 11 Juni 2012

Mengembalikan Makna dan Tujuan Pendidikan

Oleh Anita Nur Aini, S.S.

Seorang ahli pendidikan Inggris Alfred North Whitehead mengatakan: ''hari ini bangsa itu mungkin bisa bertahan, besok ilmu pengetahuan akan maju satu langkah. Bagi bangsa yang tidak berpendidikan, tidak ada suatu mahkamah pun yang dapat menolong ke mana ia mengadukan pengaduan atas hukuman yang telah dijatuhkan kepada bangsa yang tidak berpendidikan''.

Hampir semua bangsa di dunia ingin maju sehingga pendidikan diposisikan sebagai ''kunci'' oleh suatu negara atau bangsa untuk membuat suatu kehidupan yang lebih baik. Sebab, dengan pendidikan suatu bangsa menjadikan dirinya sebagai bangsa yang besar. Karena itu barometer bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh tingginya tingkat pendidikan.

Kalau mengintip sekolah di luar negeri, misalkan di Finlandia, tidak begitu menakjubkan, pada awal 1960-an sebagian besar anak usia sekolah meninggalkan sekolah negeri setelah delapan tahun. Hanya yang memiliki keistimewaan atau beruntung saja yang dapat dapat meneruskan pendidikan berkualitas. Pada 1968, parlemen Finlandia memutuskan bahwa pendidikan adalah kesempatan terbaik untuk kemajuan ekonomi. "Bila kami ingin bersikap kompetitif, kami perlu mendidik semua orang".

Sekolah diatur ke dalam satu sistem sekolah komprehensif untuk anak usia 7 sampai 16 tahun. Guru dari seluruh penjuru negeri berkontribusi pada kurikulum nasional. Sebagian besar guru-gurunya dipercaya untuk melakukan apa pun yang perlu dilakukan untuk mengubah hidup anak-anak muda. Jelas bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan nasib suatu bangsa.

Di Indonesia

Bangsa Indonesia hari ini terus meratapi nasibnya, yang terus-menerus diterpa badai krisis berkepanjangan, baik di sektor ekonomi, sosial, budaya, politik serta hukum. Bahkan sekarang ini sangatlah sulit memilih seorang di antara rakyat yang berpenduduk lebih dari 210 juta jiwa menjadi pemimpin yang mampu dan sanggup menata kembali kondisi bangsa Indonesia supaya tidak tenggelam dalam sejarah.

Banyak lembaga pendidikan yang mendidik anak didiknya terlepas dari realitas. Terlepas dari kenyataan sosial. Begitu selesai dari lembaga pendidikan, masuk ke tengah masyarakat tidak tahu apa-apa. Lulusan lembaga pendidikan itu ibaratnya masuk ke tengah hutan belantara, gelap gulita tidak tahu arah, bingung. Jadi tidak sedikit lembaga pendidikan semacam itu yang membuat gap yang antara pendidikan dengan realitas. Lembaga pendidikan seperti itu jadi semacam menara gading saja yang output-nya dan lulusannya tidak siap pakai di tengah masyarakat. Lembaga pendidikan seperti itu akan menghambat tumbuhnya "tanaman" yang kelak buahnya diharapkan menyuburkan lahan bumi pertiwi.

Meskipun Indonesia dikenal sebagai bangsa yang punya sopan santun tinggi dan bahkan pernah disebut sebagai macan Asia tentang pertumbuhan ekonominya, akan tetapi semuanya tinggalah sejarah yang akan dikenang oleh seluruh bangsa Indonesia kalau peningkatan mutu pendidikan tidak segera dilaksanakan. Istilah yang sering kita dengar, revolusi pendidikan mestilah segera dilakukan juga di Indonesia, sebab kalau tidak segera dilakukan maka dikhawatirkan kerusakan semakin menjadi. Masalahnya adalah sistem pendidikan yang bagaimana yang mampu mengubah kondisi kualitas pendidkan di Indonesia?

Sesuai Bakat-Kemampuan

Pendidikan sebagai suatu proses membiasakan dan mengembangkan psikologi, intelektual, etika, dan disiplin harus dijadikan ke dalam suatu sistem yang benar-benar mengarah pada pendidikan tingkat dasar dan menengah. Pengarahan demikian akan mempermudah untuk meneruskan ke tingkat pendidikan tinggi atau pendidikan profesi. Pendidikan dimulai dari pendidikan dasar, sehingga hal tersebut akan memperketat kontrol terhadap perkembangan dan kemajuan peserta didik itu sendiri. Bakat dan kemampuannya dapat dievaluasi dan peserta didik dapat diarahkan kepada bidang menurut bakat dan kemampuannya, apakah mampu untuk ke pendidikan tinggi atau cenderung pada pendidikan profesi tanpa ada pemaksaan dari pihak mana pun, tetapi melalui kecenderungan yang ada pada diri peserta didik.

''Tugas utama pendidikan adalah mengacu pada kemerdekaan sebagai upaya memulihkan harkat dan kodratnya,'' kata Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. Oleh karena itu tujuan pendidikan mestilah dapat menjamin bahwa setiap individu diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sedemikian rupa, sehingga ia dapat sepenuhnya menyadari kemampuan potensinya. Perkembangan pribadi bagi peserta didik harus terus diarahkan, oleh karena itu bila setiap peserta didik dibina dan dikembangkan sesuai dengan kapasitasnya, serta didorong berpikir untuk selalu mengoreksi dirinya sendiri, mereka akan mampu memberikan sumbangan yang lebih banyak kepada kesejahteraan masyarakat.

Indonesia masih membutuhkan manusia yang berkualitas untuk menjadi pemimpin bangsa ini. Indonesia yang begitu luas, pulaunya yang begitu banyak, lautannya yang begitu luas susah menjangkau dari satu pulau ke pulau lain dan bahasa yang beraneka ragam, yang kita perlukan adalah pemimpin yang dapat merangkum semua kekuatan. Pendidikan yang mampu menciptakan output semacam itu hanya pendidikan yang mempunyai kurikulum pendidikan komprehensif dan mengajarkan semua unsur yang dibutuhkan untuk kemajuan bangsa Indonesia. (Balipost)

* Penulis, pengajar tinggal di Bekasi
sumber :  https://www.facebook.com/groups/nasionalis/330866660316445/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar