(Thursday, 28 December 2006) - Contributed by Syamsuddin Arif
Artikel
Zuhairi Misrawi tentang 'ayat pluralisme' di harian Republika (08/12)
menarik sekaligus menyisakan beberapa persoalan eksegetis. Setelah
menguraikan pendapat bahwa ayat 69 surah Al Maidah tetap berlaku,
Zuhairi menyimpulkan, "Pada mulanya Rasulullah SAW sendiri beranggapan
bahwa orang-orang non-Muslim tidak akan masuk surga. Tapi setelah turun
ayat tersebut, maka semakin jelas tentang kekuasaan dan kehendak Tuhan
terhadap orangorang non-Muslim. Perbedaan agama tidak menghalangi Tuhan
untuk memberikan pahala." Dengan kata lain, di manaletak
keadilan
dan kasih sayang Tuhan jika orang-orang non-Muslim yang saleh dan
banyak berbuat baik semasa hidupnya kelak dijebloskan ke neraka?
Memang
benar, soal masuk surga dan neraka adalah hak prerogatif Tuhan. Hanya
Tuhan yang berhak menghakimi dan memutuskan siapa bakal masuk ke mana
kelak. Namun, di samping memberikan semacam 'tips' untuk bisa sampai ke
sana, Tuhan juga mengumumkan ciri-ciri kandidat ahli surga maupun ahli
neraka.
Untuk memperoleh
pemahaman yang jujur dan jernih perihal 'ayat pluralisme' itu semestinya
kita tidak mengabaikan konteks siyaq, sibaq, serta lihaq ayat tersebut.
Pertama, mari kita perhatikan ayat-ayat yang mendahuluinya, setidaknya
mulai ayat 41 hingga 68. Secara eksplisit Tuhan mengecam sikap dan
perilaku kalangan Ahlul Kitab yang ingkar dan 'lain di mulut lain di
hati', gemar memelintir kebenaran, menuruti hawa nafsu, mempermainkan
agama dan menimbulkan
permusuhan.
Selanjutnya mari kita lihat ayat-ayat yang mengikutinya, terutama ayat
78 hingga 86 Surat Al Maidah yang menjadi konteks lihaq 'ayat
pluralisme' tersebut.
Dinyatakan
di sana bahwa mereka yang kufur dari kalangan Bani Israil telah dikutuk
karena selalu durhaka dan melampaui batas, membiarkan kemungkaran
terjadi, menjadikan orang tak beriman sebagai pelindung mereka.
Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa
yang diturunkan kepadanya niscaya mereka tidak meminta perlindungan
kepada orang-orang tersebut, namun mayoritas mereka memang fasik.
Akan
kamu dapati orang yang paling memusuhi kaum beriman ialah orang-orang
Yahudi dan orang-orang musyrik. Sedang yang paling dekat dan bersahabat
ialah orang-orang Nasrani, karena di antara mereka ada pendeta-pendeta
dan rahib-rahib, juga karena mereka tidak angkuh. Bila mendengarkan apa
yang diturunkan kepada Rasulullah mata mereka berkaca-kaca terharu oleh
kebenaran yang telah mereka ketahui, seraya berkata: "Ya Tuhan, kami
telahberiman, maka masukkanlah kami dalam daftar orang-orang yang
menjadi saksi. Bagaimana kami tidak beriman kepada Allah dan kebenaran
yang datang kepada kami, wong kami ini ingin agar Tuhan memasukkan kami
ke dalam golongan orang saleh?" Maka Allah memberi mereka pahala untuk
perkataan yang mereka ucapkan, yaitu surga yang mengalir di dalamnya
sungai-sungai, kekal abadi di sana. Demikianlah balasan bagi orang baik.
Adapun mereka yang kufur dan mendustakan ayat-ayat Allah jelas bakal
menjadi penghuni neraka. Dari sini jelas sekali bahwa umat Yahudi dan
Nasrani disanjung apabila mereka mau beriman kepada Nabi Muhammad dan
ajaran yang dibawanya, tetapi dikecam jika tidak beriman, durhaka, dan
bertindak melampaui batas. Ahlul Kitab
yang
beriman masuk Islam dijanjikan pahala dua kali lipat, ujar Rasulullah
dalam sebuah hadis sahih. Sebaliknya, Ahlul Kitab yang kepadanya telah
sampai panggilan untuk beriman dan memeluk Islam tetapi enggan
menyambutnya maka sulit baginya untuk terhindar dari api neraka (HR
Muslim No 153). Sekarang marilah kita menggunakan pendekatan sola
scriptura (ajaran) untuk menjawab sejumlah persoalan terkait. Tafsir
Quran bil Quran
Pertanyaan
pertama yang mengemuka terkait 'ayat pluralisme' itu ialah apa maksud
ungkapan "siapa yang beriman di antara mereka?" Jawaban dan perincian
rukun iman beserta indikatornya kita temukan dalam Surat Al Baqarah 285,
Ali Imran 171-3, An Nisa 162, Al A'raf 157, Al Anfal 2-4 dan 74, At
Tawbah 13, Al Mu'minun 2-9, An Nur 62, Al Hujurat 15, dan Al Hadid 19.
Kedua,
apakah Ahlul Kitab Yahudi maupun Nasrani juga beriman? Menurut Alquran
mayoritas mereka tidak beriman. Ini karena mereka mendustakan Nabi
Muhammad dan wahyu yang diturunkan kepadanya, menolak syariatnya, enggan
masuk Islam. Itulah sebabnya mengapa Allah menegur dan mengecam mereka
(Al Baqarah 89-93, An Nisa 47, An Nisa'171). Namun demikian tidak semua
Ahlul Kitab itu kafir. Ada sebagian kecil dari mereka yang beriman
kepada
Rasulullah SAW dan memeluk Islam (Ali Imran 110-115 dan 199, juga Al Ankabut 47).
Selanjutnya, meski telah menyatakan diri beriman dan masuk Islam, mereka tentu akan diuji Tuhan (Al Ankabut 1-2).
Dalam
hal ini posisi mereka sama dengan orang Muslim lainnya yang juga
mengaku beriman dan perlu ujian. Mengapa demikian? Karena banyak orang
mengaku Islam dan beriman di mulut saja sehingga menipu dirinya sendiri
(Al Baqarah 8-9 dan Al Munafiqun 1). Ada juga yang telah menyatakan diri
berislam dan beriman, tetapi baru sampai tahap minimal, di mulut dan di
hati, tapi praktiknya belum (Al Hujurat 14) bahkan perbuatan maksiatnya
jalan terus, sehingga disebut
fasiq (Al Maidah 49).
http://www.insistnet.com - INSISTS - Kajian Pemikiran dan Peradaban Islam Powered by Mambo Generated: 8 February, 2007, 10:36
Ketiga,
apa yang dimaksud dengan amal saleh dalam ungkapan "siapa yang berbuat
baik'? Dijelaskan antara lain bahwa amal saleh adalah hidup berpandukan
ajaran kitab suci dan mendirikan shalat (Al A'raf 168). Amal baik di
sini berkaitan dengan dan berlandaskan ajaran serta perintah agama.
Terakhir, bagaimana memahami ungkapan 'mereka tidak perlu takut dan tidak perlu cemas'? Dalam Alquran, ungkapan seperti ini terdapat lebih dari sekali, dengan berbagai konteks. Yang jelas, untuk bisa memperoleh jaminan keselamatan di dunia dan akhirat seseorang harus berislam, beriman, beramal saleh, berihsan, bertaqwa, dan beristiqamah.
Terakhir, bagaimana memahami ungkapan 'mereka tidak perlu takut dan tidak perlu cemas'? Dalam Alquran, ungkapan seperti ini terdapat lebih dari sekali, dengan berbagai konteks. Yang jelas, untuk bisa memperoleh jaminan keselamatan di dunia dan akhirat seseorang harus berislam, beriman, beramal saleh, berihsan, bertaqwa, dan beristiqamah.
http://www.insistnet.com - INSISTS - Kajian Pemikiran dan Peradaban Islam Powered by Mambo Generated: 8 February, 2007, 10:36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar